Kamis, 20 Maret 2014

I and spasmofili

ketika sakit itu tak dapat di toleransi lagi, aku memutuskan untuk menghubungi orang tua ku. meskipun awalnya berat, aku pun akhirnya memberanikan diri. hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membawaku pulang ke rumah bude untuk istirahat sementara.
hal yang aku takutkan terjadi lagi. setelah 3 tahun sebelumnya aku pernah melakukan tes EEG dan CT-Scan dengan keluhan yang sama, aku harus melalui tes itu lagi. dan kenyataan nya hasilnya pun masih sama, yakni migrain.
semua tak berakhir sampai disini, serasa mengulang masa lalu, ketika mengkonsumsi obat aku merasa baik-baik saja, bahkan seperti tidak pernah sakit sebelumnya. namun ketika obat itu habis, serangan luar biasa itu datang lagi, bahkan seperti tak pernah minum obat sebelumnya.
dengan berat hati aku memberi tahu ibu ku jika itu terjadi lagi. tanpa berfikir panjang, beliau langsung menyuruhku untuk konsultasi lagi ke dokter terdekat.
esoknya aku langsung pergi ke rumah sakit terdekat, ke poli saraf dan bertemu dengan dokter saraf. orang yang sebenarnya tak ingin aku temui lagi karena aku tau, akan ada hal yang tidak aku inginkan disana.
konsultasi pertama, masih tetap sama. diagnosa migrain dan TTH (tension type headeach). oke aku masih agak santai.
konsul ke dua, aku di suruh konsul ke psikister. duh udah kaya orang stres aja. oke lah aku ikuti. di sana aku di jelaskan banyak hal tapi aku sama sekali gak faham. hanya ada 1 pernyataan yang aku tangkap, bahwa aku terkena spasmofilia.
apa lagi itu, nama yang aneh yang belum pernah ku dengar sebelumnya.
konsul ketiga, aku bertemu dengan dokter yang berbeda. karena itu, aku harus menjelaskan dari awal lagi. saat aku mengatakan bahwa aku di diagnosis spasmofili, sang dokter langsung menyuruh ku untuk melakukan tes EMG dan TCD karena di takutkan terjadi arterosklerosis. ngeri banget rasanya..
tiba saatnya untuk melakukan kedua tes itu. harap-harap cemas.. aku tak tau apa yang akan terjadi.
dan setelah semua ku lalui.. perlahan ku buka amplop hasil tes itu.
dan hasilnya, allahu akbar, aku positif spasmofili grade 3.
sebuah kenyataan yang sulit untuk diterima. walaupun orang-orang terdekatku sudah berusaha menenangkan, tak semudah itu untuk dilakukan.
siapa yang tidak syok ketika mengetahui dirinya akan mengidap penyakit seumur hidup. karena menurut keterangan dokter, spasmofili itu adalah bawaan genetik. jika sudah membicarakan genetik, sudah tidak bisa di apa-apakan lagi. artinya, seumur hidup aku akan hidup bersama spasmofili.
ternyata ini adalah jawaban dibalik penantianku selama 4 tahun.
memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk bisa menerima ini semua. mungkin sekitar 2 bulan aku baru bisa mulai menenangkan diri.
waktu terus berjalan dan pada suatu saat serangan itu datang lagi, 2 minggu aku berfikir untuk memutuskan akan cek up lagi atau tidak.
namun sahabat-sahabat ku mendukung ku untuk cek up lagi.
akhirnya aku memutuskan untuk berangkat ke tempat itu lagi. nekat sendirian.
cek up kali ini berbeda, aku sampai di konsulkan pada dokter senior karena mungkin dokter yang biasa menangani aku sudah kewalahan. berdasarkan saran beliau, aku di anjurkan untuk tes lab untuk uji elektrolit darah dan kadar Ca Mg. di sini ada 2 kemungkinan yang sama-sama tidak enak. jika hasil nya dibawah normal, berati ada masalah di darah. tapi jika semua hasilnya normal, berati yang bermasalah adalah psikologisku.
dan hasil tes menunjukan bahwa semua nya normal.
hm,, psikologisku bermasalah.. stres kah? atau depresi?
entah untuk yang keberapa kalinya sang dokter menasehatiku untuk tenang dan jangan terlalu di fikirkan. tapi kali ini aku makin merasa bahwa diriku sedang dalam kedaan tidak baik.
untuk mengatasi itu semua, sang dokter memberiku eperison HCL, nama baru yang menambah daftar list obat-obat yang aku konsumsi setelah setelah unalim, triptagic, diazepam, kokain, depakote, amitriptyline, propanolol, natrium diklofenac, mecobalamine, dan tizanidine.

3 komentar:

  1. Kalxetin 10mg 1×1
    Metaneuron 3×1
    Diazepam 1×1

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Sama banget. Malah pertamanya gua diagnosis epilepsi .pdhal gejala beda. Tp gua belum berani tes EMG ni. Krna udah males ketemu dokter yg bilang gua banyak pikiran .tp gua merasa gak.

    BalasHapus